Banyak sudah yang mengetahui sedikit kisah kelam pemerintahan romawi tentang praktek seks dijaman romawi yang dibenarkan keberadaan nya. Jika kita mengulas kembali kisah kelam yang sudah ada di jalam dulu sejak ratusan tahun bertahan, pastinya kalian yang khususnya kaum wanita akan besyukur telah lahir di abad 21 ini. Jaman Romawi tidak hanya dikenal dengan ke rusuhan pemerintahan nya, namun praktek seks yang juga bisa dikatakan tidak ber pri kemanusiaan.
Seperti dilansir dari salah satu surat kabar berita jika praktek seks yang dulu dipraktekan di jaman romawi sangat berbeda dengan praktek seks yang ada di negara barat. Bahkan dikatakan dan tercatat jika praktek seks yang dilakukan tersebut dibenarkan oleh agama yang dianut masyarakat romawi kala itu. Dikatakan jika kegiatan seksual yang dilakukan tersebut adalah salah satu aspek dari salah satu kesejahteraan bagi suatu negara dan juga individu.
Praktek Seks Dijaman Romawi | Dibenarkan
Bukan hanya menjadi suatu kegiatan yang dibenarkan secara agam dan pemerintahan saja. Praktek seks ini juga telah menjadi sebuah tindakan yang diharuskan untuk dilakukan khusus nya bagi para kaum wanita. Dalam masyarakat Romawi kuno ptaktek prostitusi juga menjadi hal yang bukan hanya menjadi hal yang diperbolehkan, namun juga sebagai suatu keharusan.
Sejak didirikan nya bangsa Romawi pada 753 SM, seks telah menjadi kegiatan yang sangat penting dalam aspek politik dan sejarah Romawi. Sejak awal juga praktek seks juga telah dikaitkan dengan perkembangan negri Romawi. Perkembangan Romawi yang sejalan dengan praktek seks yang ada di sana dimulai sejak terjadinya pemerkosaan wanita-wanita Sabine pada 750 SM. Pada kala itu juga kejadian tersebut menjadikan peristiwa yang menggambarkan tentang bagaimana kekurangan nya bangsa Romawi terhadap sumber wanita subur yang ada di kalangan masyarakat Romawi kala itu.
Kisah pemerkosaan dalam kerajaan yang terjadi pertama kalinya menimpa salah satu wanita yang menghuni kerajaan juga. Lucretia yang terkenal dengan keramahan dan sopan santunnya menjadi korban pemerkosaan. Pemerkosaan yang terjadi pada dirinya tersebut dilakukan oleh Sextus Tarquinius yaitu putra dari Lucius Tarquinius Superbus yang adalah kaisar terakhir bangsa Romawi.
Dengan terjadinya pristiwa pemerkosaan yang memalukan kerajaan tersebut. Lantas untuk membersihkan nama sang putra, kaisar Lucius Tarquinius Superbus mengharuskan praktek seks untuk seluruh bangsawan dan juga masyarakatnya.
Kewajiban
Seperti yang telah dijelaskan diatas jika praktek seks yang ada bukan hanya dibenarkan, namun juga menjadi suatu kewajiban dilakukan. Namun peraturan yang ada tersebut hanya menguntungkan kaum lelaki saja, dimana mereka bisa memuaskan nafsu mereka tanpa ada yang bisa menghentikan mereka. Bahkan para pria juga sering untuk memarkan kejantanan mereka untukpara wanita yang diincar nya tersebut.
Kaum lelaki akan melakukan seks dengan siapa saja yang mereka ingini untuk dipersetuh dan wanita tersebut harus menerima. Deretan kelahiran yang ada pada kala itu juga membludak layaknya pabrik bayi. Bayi-bayi yang lahir kedunia tersebut tidak disarkan semua. Kekejian juga terjadi didakala itu.
Bayi lelaki yang lahir pada kala itu lebih banyak dibiarkan hidup ketimbang bayi perempuan. Karena masyarakat Romawi menggunakan alasan jika lelaki lebih berguna untuk nantinya melengkapi prajurit perang dan juga melakukan kegiatan perkebunan nantinya. Banyak sekali bayi perempuan yang bantai pada kala itu, dan hal tersebut sungguh sangat tidak manusiawi.
Dijaman tersebut juga segala tindakan prostusi, rumah bordil dan segala hal tindakan jual beli wanita dibenarkan disana. Bahkan wanita yang telah memiliki suami sekalipun, jika suaminya ingin mempersetubuhi wanita lain, masih tetap diperbolehkan tindakan nya.